Harapan Baru Pengobatan Penyakit Lupus dengan Terapi Ozon

Penyakit lupus diketahui di dunia medis sekitar tahun 1980. Gejala awal penyakit ini pada umumnya yang dirasakan adalah nyeri sendi atau bengkak (arthritis), mudah Lelah, penurunan berat badan secara drasts, demam tinggi, muncul ruam merah (butterfly) atau disebut juga ruam malar di bagian wajah, mimisan dan sering mengalami detakan jantung tinggi atau berdebar-debar. Penderita penyakit ini juga sensitif terhadap sinar matahari (fotosensitifitas) sehingga menyebabkan ruam kulit.

Lupus juga dapat merusak organ tubuh lainnya. Pada kasus yang sudah pernah terjadi, mempengaruhi sistem organ tubuh dalam seperti, Ginjal (Nefritis), Paru-paru (Pleuritis), Pembuluh darah (vasculitis), Darah (anemia, leukopenia, dan trombositopenia), Jantung (miokarditis, endocarditis, pericarditis, dan aterosklerosis). Selain organ dalam, lupus juga memungkinkan menyerang sistem saraf pusat yang menyebabkan sakit kepala, gangguan memori, masalah penglihatan, kejang, stroke, hingga perubahan perilaku.

Lupus adalah penyakit yang kompleks dan penyebab pastinya belum diketahui. Para ilmuan menyebutkan fakta bahwa lupus dapat diturunkan dalam keluarga, sehingga faktor genetik menjadi salah satu penyebabnya. Namun tidak hanya genetik, faktor lain juga berperan, termasuk sinar matahari, stress, obat-obatan tertentu, dan virus.

Pada penderita lupus, sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem kekebalan yang sehat menghasilkan protein yang disebut antibodi dan sel spesifik yang disebut limfosit yang membantu melawan dan menghancurkan virus, bakteri, dan zat asing lainnya yang menyerang tubuh. Sedangkan pada penderita lupus, sistem kekebalan menghasilkan antibodi terhadap sel dan jaringan tubuh yang sehat. Antibodi ini, disebut autoantibodi, berkontribusi pada peradangan di berbagai bagian tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ dan jaringan. Jenis autoantibodi paling umum yang berkembang pada penderita lupus disebut antibodi antinuklear (ANA) karena bereaksi dengan bagian inti sel (pusat komando).

Mendiagnosis Lupus

Proses diagnosis penyakit lupus bisa jadi memakan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium menjadi cara untuk membantu dokter dalam proses diagnosa. Tidak ada tes tunggal yang dapat menentukan apakah seseorang menderita lupus. Terdapat beberapa tes yang dapat membantu untuk mengidentifikasi autoantibody tertentu yang sering muncul pada darah penderita lupus. Seperti, tes antinuclear antibody (ANA), tes untuk antibodi anticardiolipin (antiphos-pholipid). Dari kebanyakan kasus, tes lupus positif pada ANA. Namun ada penyebab lain dari ANA positif selain itulupus, termasuk infeksi, penyakit auoto imun lainnya. Tidak hanya tes laboratorium, terkadang dokter juga meminta tindakan biopsi kulit atau ginjal jika sistem tubuh tersebut terpengaruh/terserang. Semua tes tersebut hanya berfungsi sebagai alat petunjuk dan informasi kepada dokter dalam membuat diagnosis. Dokter akan melihat gambaran kesuluruhan riwayat kesehatan, gejala, dan hasil tes untuk menentukan apakah sesesorang mengidap lupus.

Mengobati lupus

Penderita penyakit lupus sering dirujuk pada dokter-dokter khusus seperti, rheumatologist atau dokter spesialis rematik (arthritis dan gangguan inflamasi lainnya), ahli imuniologi klinis (dokter spesialis sistem kekebalan tubuh), ahli hematologi (dokter spesialis gangguan darah), ahli saraf (dokter spesialis gangguan sistem saraf), dan lainnya sesuai gejala yang dialami tiap individu penderita lupus. Obat-obatan sepeti NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) untuk gejala nyeri sendi, demam, peradangan, sering digunakan. Antimalaria juga termasuk jenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati lupus seperti hydroxychloroquine (Plaqunil) yang digunakan untuk mengobati nyeri sendi, ruam kulit, dan radang paru-paru. Kortikosteroid, atau obat yang melibatkan hormon kortikosteroid seperti prednisone, hidrokortison, methylprednisolone, dan deksametason juga dapat meringankan gejala penderita penyakit ini dengan menekan peradangan secara cepat. Selain itu obat jenis Imunosupresif seperti siklofosfamid (Cytoxan), dan mycophenolate mofetil (CellCept) dapat menahan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif dengan menghalangi produksi sel-sel kekebalan. Namun obat-obatan yang disebutkan diatas memiliki efek samping masing-masing dan sifatnya adalah mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya flare (kambuh).

Harapan baru

Karena sifat dan biaya pengobatan lupus serta potensi efek samping yang serius. Banyak pasien mencari cara lain untuk mengobatinya, yaitu dengan Terapi Ozon.

Terapi Ozon untuk Penyakit Autoimun

Pada tahun 1840-an, ozon pertama kali digunakan untuk mendisinfeksi kamar rumah sakit. Selama Perang Dunia pertama, Ozon digunakan untuk membantu membersihkan luka. Ozon tidak membutuhkan bahan kimia keras untuk membunuh bakteri; struktur molekulnya yang unik (tiga atom oksigen) mampu mencari dan menghancurkan patogen. Ketika Atom ketiga terlepas, mengoksidasi fosfolipid dan lipoprotein bakteri atau agen berbahaya lainnya.

Dengan kemampuan unik ini, terapi ozon merupakan pilihan yang ampuh untuk mengobati kondisi autoimun seperti lupus dan penyakit Lyme. Ketika ozon mengalir melalui sistem peredaran darah seseorang, maka akan merangsang sistem kekebalan dengan memicu pelepasan hormon dan protein utama. Proses tersebut, membantu mengatur respons kekebalan, mengurangi gejala tanpa perlu obat-obatan keras.

Sumber :

U.S. Department of Health and Human Services. 2003. “Systemic Lupus Erythematosus”. USA : National Institutes of Health National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases.

Bagaimana dok ? tertarik mempelajari tentang terapi ozon?
dokter bisa ikuti kursus estetika dan medik di tempat kami.